NEKROPSI ORGAN PARU-PARU
HEWAN KAMBING
Kelompok 3
1. Primavera Agung S J3P113045 1.
2. Siti Nurdiyanti J3P113002 2.
3. Normalita C.P.A J3P213056 3.
4. Rini Ariani J3P113011 4.
5. Wardiman Jaya R. J3P213069 5.
6. Johannes TB T. J3P113004 6.
PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER
DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PENDAHULUAN
Nekropsi merupakan suatu prosedur
untuk melakukan pemeriksaan yang cepat dan rinci secara patologi anatomi untuk mengetahui
sebab-sebab kematian seekor atau sekelompok hewan yang dalam hal ini adalah
ayam sehingga dapat dilakukan penanggulangan. Pada nekropsi yang dilakukan adalah mengamati beberapa
organ dalam yang mengalami perubahan atau kelainan sehingga dapat dijadikan
sumber dugaan bahwa hewan tersebut terserang suatu penyakit dengan melakukan
pembedahan (Tabbu C.R 2002).
Palpasi adalah suatu
tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh
dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi
suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran.
Inspeksi merupakan
proses observasi dengan menggunakan mata. Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi
tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik. Mulai melakukan
inspeksi pada saat pertama kali bertemu dengan pasien. Fokus inspeksi pada
setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi simetris.
Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan
bagian tubuh yang lainnya.
Tujuan
praktikum
Praktikum
bertujuan untuk mengetahui teknik dasar nekropsi melalui inspeksi, melihat
keadaan organ paru-paru serta mengetahui dan menentukan penyakit yang
berhubungan dengan paru-paru.
Alat
dan Bahan
Alat sebagai inspeksi
yaitu indera penglihatan (mata) melihat langsung keadaan paru-paru. Bahan yang
digunakan dalam praktikum adalah organ paru-paru dari hewan kambing.
Prosedur
Kerja
A. Persiapan sebelum bedah kadaver:
1. Anamnesa, meliputi: Jenis hewan, Mati atau dibunuh,
Jumlah hewan sakit, gejala klinis, umur hewan,diagnose sementara, populasi
hewan.
2. Pemeriksaan luar, meliputi: kondisi kulit, kelamin,
selaput lendir (mata, mulut, hidung), kepala, leher, perut, paha, telapak kaki,
ceracak, kelenjar mamae, dubur dsb.
B. Cara bedah kadaver ruminansia:
1. Amati
keadaan umum hewan saat masih hidup
2. Euthanasi
dengan dekapitasi
3. Rebahkan
kiri left lateral rekumbency dengan kepala di sebelah kiri secan
4. Buat irisan
dari mandibula sampai arcus ischiadichuis, hindari ambing dan penis /irisan
kulit digaris median tubuh mulai dari leher, dada, perut
5. Lepaskan
keempat tungkai (kaki) dari tubuh dengan cara membuat irisan pada ketiak dan
dilipat paha sambil mematahkan sendi pangkal paha. Dengan demikian hewan lebih
mudah terlentang.
6. Kuliti
bagian ventral dan lateral , amati jaringan otot dan kelenjar limfe bawah kulit
7. Membuga
rongga perut :
-Sayat otot sepanjang garis median perut (peritoneum
ditusuk),
-iris menyamping mulai dari ujung proc. Xipoideus mengikuti
tulang rusuk terakhir sampai ditepi muka panggul.
-Buat irisan tegak lurus terhadap irisan memanjang yang
pertama, diantara tulang rusuk terakhir dan tubercoxae.
-Potong otot dinding perut dan dilepaskan.
-Selanjutnya amati diafragma, peritoneum dan organ
viscera hewan, letak alat-alat tubuh di dalam rongga perut)
8. Membuka
rongga dada :
-Periksa diafragma (normal: melengkung kearah rongga
dada)
-Dinding rongg dada ditusuk diantara dua tulang rusuk
-Potong costae pada daerah costochondral kanan dan kiri
-Iris muskulus. Intercostalis
-Patahkan costae satu per satu
-Dinding thorak di buka
-Periksa rongga dada dengan memeriksa adanya cairan di
dalamnya
-Amati letak organ
9.Mengeluarkan isi rongga dada :
-Isi rongga
dada (jantung, paru2) dikeluarkan bersama-sama dengan lidah dan trachea
-Keluarkan
lidah, tulang lidah dipotong pada sendi rawan0
-Trachea
dilepaskan dari pertautan otot2 leher dan esophagus
-Aorta
dipotong pada tempat ia menyilang esophagus, kerongkongan dikeluarkan dan dipotong dipertengahan leher
-Paru-paru
dilepaskan, mulut dari belakang vena cava dipotong
-Paru-paru,
jantung trachea dan lidah dikeluarkan bersama
-Pada dugaan
pneumonia dilakukan uji apung pada paru-pari
-Periksa
keadaan dan isi pericardium
-Amati
jantung (normal: ujung meruncing), bandingkan dengan besar hewan
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
GAMBAR. Terlampir
Keterangan :
1. Inspeksi:
Berlobus ( kiri 3 lobus dan kanan 5
lobus), berwarna rose namun tidak merata, terdapat lendir, aspek mengkilat,
margo normal.
2. Palpasi:
Kenyal,
terdapat krepitasi, tidak ada masa asing, dan licin
3.
Insisi trakea:
Di trakea
terdapat warna merah pada gelang cincin, pada margo bidang sayatan berwarna merah di tengah, terdapat kotoran
pada bronchus berupa hasil pencernaan makanan, dan pada uji apung hasilnya
mengapung.
Pembahasan
Paru-paru
terletak di dalam rongga dada di kanan dan kiri jantung dan dilindungi oleh
tulang-tulang rusuk yang berbentuk sangkar. Paru-paru dibungkus oleh selaput
yang disebut Pleura. Pleura ini merupakan selaput tipis rangkap dua. Diantara
selaput tersebut dengan paru-paru terdapat cairan limfa, yang berfungsi untuk
melindungi paru-paru dari gesekan pada waktu mengembang dan mengempis.
Paru-paru kanan memiliki tiga lobus sedang paru-paru kiri hanya memiliki dua
lobus. Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan perubahan tekanan dalam
rongga dada. Di dalam paru-paru terdapat alveolus yang merupakan saluran
akhir dari sistem pernapasan. Alveolus berupa gelembung-gelembung udara. Pada
bagian alveolus ini terjadi pertukaran oksigen dari udara bebas ke sel-sel
darah dan karbondioksida dari darah ke udara bebas. Pertukaran ini terjadi
secara difusi yang berhubungan dengan kapiler-kapiler darah. Pada paru-paru
terdapat kurang lebih 300 juta alveolus. (Sumangga 2012).
Pada
pengamatan inspeksi paru-paru berlobus dengan jumlah kiri 3 lobus dan kanan 5
lobus, paru-paru kiri warnanya lebih merah dibanding dengan paru-paru sebelah
kanan, ini dimungkinkan pada saat penyembelihan kambing lebih condong menghadap
ke kiri dan meumpu lebih berat pada sebelah kiri. Sedangkan pada pengamatan
palpasi terdapat krepitasi yang berarti normal. Pada pengamatan insisi, yaitu
penyayatan pada trakea terdapat kemerahan pada gelang cincin yang menandakan
umur hewan (kambing), yaitu semakin kemerahan pada gelang cincin trakea semakin
tua umurnya.
Paru-paru
yang diamati, dengan hasil dan ciri-ciri tersebut diduga mengalami awal terkena
Emfisema. Kambing yang yang dirawat di kandang
terus-menerus dengan kualitas pakan yang jelek dan berdebu maka mudah menderita
emfisema alveolaris yang kronik tanpa diketahui sebab-sebabnya (heaves).
Alergen yang tidak tersifat seperti debu kandang, spora jamur dan sebagainya
akan dapat memudahkan timbulnya emfisema bagi hewan-hewan yang peka (Subronto,
2003). Emfisema paru-paru
mungkin dapat timbul sebagai lanjutan dari perubahan patologis di luar alat
pernapasan yang disertai toksemia, misalnya mastitis yang disebabkan oleh
E.coli.
SIMPULAN
Pengamatan
kadaver organ paru-paru kambing dilakukan dengan inspeksi, palpasi dan insisi. Paru-paru
yang diamati, dengan hasil dan ciri-ciri tersebut diduga mengalami awal terkena
Emfisema. Kambing yang yang dirawat di kandang
terus-menerus dengan kualitas pakan yang jelek dan berdebu maka mudah menderita
emfisema alveolaris yang kronik tanpa diketahui sebab-sebabnya (heaves).
DAFTAR
PUSTAKA
Sumangga, 2012.Sistem Respirasi Kambing. http ://upload.wikimedia.org/system respirasi kambing (kendari 28 Mei 2014).
Subronto.2003.Ilmu
Penyakit Ternak 1.Gadjah Mada
University Press;Yogyakarta.
Tabbu C.R. 2002. Penyakit Ayam dan
Penanggulangannya. Kanisius;Yogyakarta.
0 comments:
Post a Comment